سْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
THIS BLOG DEDICATED FOR ALL YOUTH WITH BATAVIAN BLOOD
Kami berdua adalah putra betawi asli dan bertekad meneruskan perjuangan Muhammad Husni Thamrin, yang telah mencetuskan sebuah ideum "JAWARA DAN JURAGAN DI KAMPUNG KITE" yang kembali di ploklamirkan dan diterapkan oleh
Drs.Kh A Fadloli el Muhir.
Adapun defenisi JAWARA DAN JURAGAN itu adalah, sebuah ideum lokal yang bisa mewakili suasana kebatinan masyarakat Betawi, yang ingin keluar dari himpitan sosial yang selama ini membonsai mereka.
Tentu untuk menjadi JAWARA,bukan berarti menjadi jagoan seperti Jawara tempo dulu. jawara di sini tentu dimaksudkan bahwa orang betawi harus menjadi pemberani.tidak mudah menyerah, gigih dan tegar menghadapi masalah dengan segala resiko. sikap kejawaraan semacam itu masih tetap aktual di era global ini. tanpa itu rasanya, masyarakat betawi sulit keluar dari lingkaran setan proses pembangunan yang tengah berjalan di ibu kota. sekalipun mereka diberikan akses di berbagai aspek kehidupan, rasanya orang betawi akan sulit memanfaatkannya, kalau mereka tidak memiliki sikap kejawaraan. Apalagi kalau akses mereka ditutup, maka orang betawi itu sudah jatuh tertimpa tangga.
Sementara menjadi JURAGAN, disini orang Betawi harus bisa menjadi tuan. Mereka harus bekerja keras , agar bisa menjadi juragan di negri sendiri. sikap malas,cepat puas dengan hasil yang ada, tentu sangat tidak relevan dengan sikap seorang juragan yang harus bekerja keras agar dapat diperhitungkan oleh masyarakat sekitarnya.
Dengan menjadi Juragan,orang betawi tidak mudah termaginalisasikan. Dengan menjadi juragan merka bia diperhitungkan dalam aspek kehidupan masyarakat kota. dengan Juragan mereka bisa menjadi tuan di negri sendiri.
untuk membangun stereotipe masyarakat semacam itu memang bukan seperti membalik telapak tangan. Ini tentu membutuhkan proses yang sangat panjang, belum lagi stereotipe JAWARA dan JURAGAN itu merupaka anti tesis dari kondisi masyarakat Betawi yang termaginalkan.juga ditambah pembentukan opini public yang mengatakan orang betawi rendah diri,malas,dan cepat puas dengan apa yang ereka dapatkan. ini tentu membutuhkan perubahan mind set. Harus ada perubahan kultur.
Karena ini adalah sebuah cita-cita yang sangat besar yang telah digagas oleh Drs.Kh A Fadloli el Muhir, JAWARA dan JURAGAN itu bermakna global. karena ini juga merupakan cita-cita Indonesia.
WESTERNISASI DAN KRISTENISASI
PERLUNYA PENDEKATAN KULTURAL TERHADAP MASYARAKAT MISKIN
PENGANTIN ALA BETAWI PENUH DENGAN FILSAFAT
JURAGAN LENONG
Kesenian Topeng Betawi
Sayangnya, semakin uzurnya para pemain senior, lenong Betawi pun seakan turut pudar. Padahal, sesungguhnya masyarakat masih merindukan kesenian rakyat ini. Buktinya, kemunculan Lenong Rumpi dan Lenong Bocah di awal tahun 1990 mendapat sambutan hangat. Padahal, para pemainnya bukan orang Betawi asli.
Namun, masa keemasan ini pun tak lama. Sekitar lima tahun masa tayangnya, posisi mereka tergusur oleh kesenian Jawa Tengah-Jawa Timur seperti Ketoprak Humor, yang merupakan pecahan dari grup lawak Srimulat. Sementara lenong sedikit demi sedikit tergusur dari layar kaca dan beralih main dari kampung ke kampung.
Kesulitan Regenerasi
Apa sebab lenong tergusur? Ketika pertanyaan ini diajukan kepada Malih T, ia langsung menjawab tak adanya regenerasilah yang menjadi penyebabnya. Memang pada umumnya, kesenian tradisional Betawi termasuk lenong, lahir secara turun-temurun. ” Saya mengakui yang namanya regenerasi itu sulit. Seniman Betawi tua memang kurang komunikasi dengan yang muda,” akunya saat ditemui SH di sela-sela kesibukannya mengisi acara HUT Jakarta di Balaikota, Sabtu malam (22/6).
Malih sendiri kini memiliki sebuah grup kesenian Betawi yang diberi nama Malih Grup. Namun, tak pelak ia mengalami kesulitan untuk mencari bibit baru dan mengasuh mereka. Selain banyak yang kurang disiplin, banyak pemain yang masih awam. Pemain yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah seringkali mengalami kesulitan menghadapi penonton yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Dengan lebih banyak mengandalkan improvisasi, bisa dipastikan kesenian ini bakal menemui kesulitan jika pemainnya tak memiliki cukup wawasan.
Inilah sebabnya, kalaupun ada yang tertarik bergabung dengan kelompoknya, sambung Malih, lebih banyak yang tertarik untuk menyanyi dangdut dibanding gambang kromong. ” Mungkin karena lebih mudah belajarnya dan banyak yang nanggap,” sahut Malih yang memiliki 50 anggota yang terdiri dari pemain gambang kromong, lenong dan penyanyi dangdut.
Sama seperti Malih, Omas juga memiliki keprihatinan yang sama. Memudarnya lenong salah satunya akibat tidak ada regenerasi. Di saat yang tua sudah mulai sakit-sakitan dan banyak yang sudah meninggal, yang muda banyak yang tidak peduli.
Malih dan Omas sepakat, tersingkirnya kesenian Betawi khususnya lenong bukan berarti mereka langsung menyalahkan kesenian daerah lainnya yang saat ini banyak digemari seperti Ketoprak Humor.
” Sebenarnya kita masih eksis kok. Buktinya di kampung-kampung seperti Bekasi dan Tambun, masih banyak lenong keliling. Kalau di televisi, masih ada Komedi Betawi di Anteve juga beberapa sinetron Betawi. Tapi untuk membuat acara lenong seperti dulu lagi atau tayangan Betawi lainnya memang susah. Kita nggak siap naskahnya,” cetus Omas yang pertama kali terjun ke televisi bermain lenong lewat Topeng Betawi di TVRI tahun 1990-an bersama pamannya, Bokir.
” Kita nggak bisa nyalahin televisi atau Ketoprak Humor. Ini adalah salah kita sendiri kenapa tidak mau berusaha. TV adalah milik bangsa kita bersama, salah kita tidak memberi naskah yang menarik kepada televisi,” imbuh Malih seraya mengatakan tahun lalu pernah ada pertemuan antara seniman-seniman Betawi yang memperbincangkan nasib kesenian tradisonal Betawi. Sayangnya hingga kini, pertemuan itu belum membuahkan hasil.
Kesulitan Dana
Di tengah situasi yang tidak menguntungkan, toh langkah para seniman Betawi ini tidak surut untuk melestarikan kesenian tradisionalnya. Jika generasi Omas, Mandra, dan Bolot memilih tampil di televisi lewat sinetron, termasuk bintang tamu di berbagai acara lawak, Malih lebih memilih untuk nanggap dari kampung ke kampung.
” Alhamdulillah, hasilnya lumayan. Memang tidak seramai dulu karena sekarang masih krismon,” kata Malih yang dalam sebulan bisa 4-5 kali manggung dengan bayaran Rp 25 juta sekali manggung. Biaya sebesar ini dia pakai untuk membayar 50 orang pemain, sewa peralatan panggung, transportasi serta biaya pembinaan. ” Kita memang masih kekurangan dana untuk melakukan pembinaan. Dana yang tersedia hanya seadanya dari hasil manggung itu,” sambung Malih yang pertama kali terjun sebagai pemain lenong profesional di TIM tahun 1992 bersama Bokir ini yang kemudian pecah dan masing-masing mendirikan kelompok sendiri-sendiri ini.
Kesulitan dana ini agaknya yang menyebabkan beberapa seniman Betawi terpaksa mendua. Bolot, misalnya, melakukan dua cara sekaligus. Selain tampil di acara-acara televisi sebagai freelance, seperti menjadi bintang tamu Ketoprak Humor, Bolot juga sering manggung bersama kelompok lenongnya, Bolot Grup. ‘Tampil bersama Ketoprak Humor, kenapa tidak? Kita kan juga perlu makan. Sama saja kok tampil bersama Ketoprak atau lenong,” tandas Bolot yang main lenong sejak tahun 1963.
Raja Kampung
Di tengah persaingan yang ketat, Malih dan Omas masih tetap optimistis kesenian Betawi bakal bangkit kembali. Seperti dikatakan Malih, beberapa saat yang lalu ia berbincang-bincang dengan salah satu tokoh Betawi yang menjanjikan akan membuat Gedung Kesenian Betawi.
” Saya lupa namanya. Tapi dia bilang sedang melakukan pendekatan minta lahan di daerah Kemayoran untuk membangun Gedung Kesenian Betawi. Saya sih berharap kalau ini benar terjadi, bisa membantu kemajuan kesenian Betawi. Tapi nggak tahu juga pelaksanaannya kapan,” sahut Malih.
Di lain pihak Omas mengatakan, ia bersama rekan-rekan lainnya sedang mencari format acara berbau Betawi untuk ditawarkan ke berbagai stasiun televisi. ” Memang nggak gampang. Tapi kalau bukan kita yang peduli siapa lagi? Kita nggak boleh kalah sama kesenian lainnya, justru kita harus jadi raja di kampung sendiri dong,” tegas Omas, salah satu dari sedikit seniman Betawi yang serba bisa, mulai dari menari, menyanyi, main lenong hingga main sinetron.
Seniman Betawi Benyamin.S
Benyamin.S lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939. Benyamin Sueb memang sosok panutan. Kesuksesan di dunia musik dan film membuat namanya semakin melambung. Lebih dari 75 album musik dan 53 judul film yang ia bintangi adalah bukti keseriusannya di bidang hiburan tersebut.
Dalam dunia musik, Bang Ben (begitu ia kerap disapa) adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong. Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular.
Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia. Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karir musik Benyamin, malahan kebalikannya. Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.
Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.
Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin. Dalam perkembangannya, duet Benyamin dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia. Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar. Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.
Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern. Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.
Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jatidirinya. Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).
Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari. Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, Bang Puase, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran.
Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.
Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya. Ia menggaet Inneke Kusumawati dan berhasil merilis beberapa album, seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Palayan Toko.
Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk main film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Baiduri serta Si Doel Anak Modern (1977) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya.
Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan. Selain main sinetron/film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Gambang Kromong Al-Hajj bersama Keenan Nasution. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.
Benyamin meninggal dunia seusai main sepakbola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung.
Pendidikan
- Sekolah Rakyat Bendungan Jago Jakarta (1946-1951), SD Santo Yosef Bandung (1951-1952)
- SMPN Taman Madya Cikini, Jakarta (1955)
- SMA Taman Siswa, Jakarta (1958)
- Akademi Bank Jakarta (Tidak tamat) ; Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan & Ketatalaksanaan (1960)
- Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960)
- Kursus Lembaga Administrasi Negara (1964)
Karir
- Kondektur PPD (1959)
- Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960)
- Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1968)
- Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969)
- Produser dan Sutradara PT Jiung -Film (1974-1979)
Penghargaan
- Piala Citra 1973 dalam film Intan Berduri (Turino Djunaidy, 1972) bersama Rima Melati
- Piala Citra 1975 dalam film Si Doel Anak Modern (Sjuman Djaya, 1975)
- Jalan Landas Pacu Kemayoran diubah menjadi namanya. Hal ini menyebabkan nama Jalan atas namanya lebih panjang daripada nama Jalan Engkongnya Haji Ung.
Keluarga
- Beib Habbani
- Bob Benito
- Biem Triani
- Beno Rahmat
- Beni Pandawa
- Bayi Nurhayati
- Billy Sabila
- Bianca Belladina
- Belinda Syahadati
Diskografi
Solo
- Kancil Kesasar/Kue Onde (Mesra Records)
- Si Jampang (Melodi Record)
- Oom Senang (Mesra Record)
- Brang Breng Brong (Diamond Record)
- Jangkrik Genggong (Mutiara Record)
- Apollo (Indah Records)
- Tukang Tuak (Undah Records)
- Nonton Pecoen (Remaco)
- Keluarga Gila (Remaco)
- Tukang Sado (Remaco)
- Tukang Becak (Remaco)
- Terus Turun (Remaco)
- Steambath (Remaco)
- Dul-Dul Tjak (Mutiara Records)
- Patjaran (Indah Records)
- Ngupi (Remaco)
- Nyari Kutu (Indah Records)
- Tukang Loak (Indah Records)
- Ngibing (J&B)
- Maredel (Remaco)
- Mak Minta Makan Mak (Remaco)
- Anak Sekarang (Remaco)
- Blues Kejepit Pintu (Remaco)
- Bul Bul Efendi (Irama Tara)
- Kicir-Kicir (Remaco)
- Asal Nguap (Indah Records)
- Makan (Remaco)
- Main Congklak (Irama Tara)
- Ketemu Bayi Tabung (Irama Tara)
- Soraya (Fila Records)
- Telepon Cinta (Insan Record/RCA)
- Martabak (Insan Record)
- Ngibing Betawi (Varia Nada Utama)
- Cintaku Berat di Ongkos (Virgo Ramayana Records)
- Assoy (Ben's Records)
- Duit (Mutiara Records)
- Bayi Tabung (Insan Records)
- Mat Codet (Irama Asia)
- Tua-Tua Komersiel (Gesit Records)
- Saya Bilang (Abadi Records)
- Telepon Umum (Purnama Records)
- Belajar Membaca (Irama Asia)
- Nostalgila (Asia Records)
- Sang Kodok (BBB)
- Biang Kerok Bersama Al Haj (Virgo Ramayana/Ben's Records)
Duet
- Indehoy bersama Rossy (Mesra Records)
- Tukang Solder bersama Rossy (Diamond Records)
- Es Tape bersama Rossy (Indah Records)
- Tukang Loak bersama Lilis Suryani (Remaco)
- Ngelamar bersama Rita Zahara (Indah Records)
- Tukang Duren bersama Rita Zahara (Indah Records)
- Tukang Kridit bersama Ida Royani (Indah Records)
- Siapa Punya bersama Ida Royani (Indah Records)
- Begini Begitu bersama Ida Royani (Indah Records)
- Tukang Delman bersama Ida Royani (Indah Records)
- Si Mirah Jande Marunde bersama Ida Royani (Indah Records)
- Yang Paling Enak bersama Ida Royani (Dian Records)
- Dunia Terbalik bersama Ida Royani (Dian Records)
- Anak Bapak bersama Ida Royani (Remaco)
- Di Sini Aje bersama Ida Royani (Remaco)
- Item Manis bersama Ida Royani (Remaco)
- Tukang Tape bersama Ida Royani (Irama Mas)
- Perkutut bersama Ida Royani (Remaco)
- Lampu Merah bersama Ida Royani (Remaco)
- Lampu Merah II bersama Ida Royani (Remaco)
- Cinta tak Terbatas bersama Ida Royani (Remaco)
- Aturan Asyik bersama Ida Royani (Remaco)
- Ketemu Lagi bersama Ida Royani (Remaco)
- Jampang and His Wife bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
- Janda Kembang bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
- Semut Jepang bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
- Monyet Nangkring bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
- Dokter bersama Inneke Kusumawati (Mutiara)
- Mancing Lindung bersama Herlina Effendy (Remaco)
- Cong-Cong Balicong bersama Herlina Effendy (Remaco)
- Muhammad Ali bersama Herlina Effendy (Remaco)
- Sumur Pompa bersama Herlina Effendy (Remaco)
- Raport Merah bersama Herlina Effendy (Remaco)
- Apanya Dong bersama Euis Darliah (DD Records)
- Apanya Dong II bersama Euis Darliah (DD Records)
- Dicoba Dong bersama Euis Darliah (DD Records)
- Tukang Sate bersama Beno Benyamin (Remaco)
Lawak
- Warung Jakarte (ABC Records)
- Bergurau dan Bernyanyi Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
- Paling Enak Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
- Sepak Bola Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
- Gepeng Menantu Benyamin bersama Srimulat (Pratama Records)
Soundtrack
- Akhir Sebuah Impian (Musica Studios)
- Koboi Ngungsi (Remaco)
Kompilasi
- Parade 68 (Mesra Records)
- Tak Mau Dimadu (Remaco)
- Dunia Masih Lebar (Remaco)
- Ke Pantai Florida (Mutiara)
- Kompal Kampil (Remaco)
- Pijitin (Remaco)
- Artis JK Records (JK Records)
- In Memoriam Benyamin S (Musica Studio)
- Juki (Musica Studios)
K.H Muammad Muhajirin Amsah Addary
Jika disebut trio pendekar ilmudi bekasi pada era 60-an, nama Syaikh Muhammad Muhajirin Amsah Addary adalah salah satunya. Lainnya , K.H Noer Ali dan K.H Abdurahman Sodri. Di pondok pesantren pertama di Bekasi, yang berada di daerah Bulan-Bulan, dekat alun-alun di jantung kota Bekasi, ketiga ulama itu bahu-membahu menegakkan ajaran Islam di Bekasi dan sekitarnya. Pada tahun 1963 tak jauh dari tempat pondok pesantren bahagia, Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Addary mendirikan pondok pesantren An-Nida Al-Islami.
Para Guru Di Jakarta
Syaikh Muhammad Muhajirin Amsah Addary lahir pada tanggal 10 november 1924, di Kampung Baru, cakung sebuah daerah di pinggiran kota Jakarta. Ayahnya seorang pedagang, H. Amsah, sedangkan ibunya Hj. Zuhriah. Syaikh Muhajirin kecil mendapat pendidikan agama dari kedua orang tuanya dan kerabatnya.
Ia belajar membaca al-quran, selesai menghatamkan al-quran , orang tuanya mengadakan tasyakuran. Dan beberapa waktu kemudian mereka mengirimkannya kepada beberapa mu’allim agar dapat mempelajari dasar-dasar ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya.
Mu’allim pertama yang ia kunjungi adalah Guru Asmat. Ia belajar kepada guru Asmat kurang lebih 6 tahun, kepadanya Syaikh Muhajirin kecil belajar berbagai disiplin ilmu, di antaranya nahwu,sharaf,fiqih,mantiq,ushul figh,ilmu kalam, dan tasawuf. Di pertengahan masa belajar dengan Guru Asmat, ia juga menyempatkan diri untuk menuntut ilmu kepada H.mukhoyar, mempelajari ilmu al-quran tajwid.
Mu’allim kedua adalah H.Ahmad. selama empat tahun ia belajar ilmu darinya diantaranya ialah nahwu, arudh ( ilmu tentang syair ), fiqih, dan hadist. Kemudian ia menuntut ilmu selama tiga tahun kepada K.H Hasbiyallah ( pendiri yayasan al- Wathoniyah,Klender Jakarta Timur ). Lalu ia belajar kepada K.H Anwar ( nahwu dan fiqih ) K.H Ahmad Mursyidi ( mantiq dan balaghah ) K.H Hasan Murtaha, cawang ( nahwu,ballaghah, muthalah hadist- ilmua tentang peristilahan hadist,ushul fiqih, adabul-bahts wal-munazharah-ilmu tentang adab diskusi). Selanjutnya Muhajirin berguru kepada syaikh Muhammad Tohir Muara. Kali itu ini cukup lama, sembilan tahun, mempelajari nahwu,fiqih, tafsir, mantiq, balaghah, tasawuf, hadist, adabul-bahts wal-munazharah, dan falak.
Ia juga belajar ilmu gerhana bulan dan matahari kepada Ahmad bin Muhammad, murid syaikh Mansyur al-falaqy. Dan gurunya yang terakhir di Jakarta adalah syayid Ali bin Abdurahman Al-Habsyi. Kepadanya ia mempelajari kitab Al-Hikam (tasawuf). Dapat dikatakan, dari para gurunya itu ia telah memiliki bekal yang cukup banyak, minimal sebagai seorang calon Kiai. Namun tidak berarti ia merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya. Justru ia semakin haus ilmu, dan itulah yang akhirnya memantapkan niatnya untuk menuntut ilmu di tanah suci.Makkah dan Madinah.
MENUNTUT ILMU DI TANAH SUCI
Tanggal 4 dzhulqaidah tahun 1366 H. bertempatan dengan bulan Agustus 1947, berangkatlah syaikh Muhajirin menuju Jeddah, Akhir bulan dzhulqaidah tibalah ia di Jeddah. Selanjutnya ia melakukan umrah ke Makkah. Selama di Makkah ia tinggal di rumah Syaikh Abdul Ghoni Jamal. Di sana ia banyak mendapatkan ilmu pengetahuan. Setelah beberapa lama ia menetap di rumah Syaikh Abdul Ghoni Jamal, ia pindah ke asrama jailani. Di sana, pertama kali ia belajar kepada Syaikh Muhammad Ahyad, yang mengajar di masjid al-haram. Kitab-kitab yang ia pelajari darinya adalah : Fath Al-Wahab,al-Iqna’fi hilli Alfazh Abi syuja, Al-Mahalli ‘Ala Al-Qalyubi, Riyadhash-Shalihin,Minhaj al-Abidin,Umdah al-Abrar, Dan Fath Al-Qadir Fi Nusu Al-Ajir. Guru-rurunya yang lain selama ia belajar di Makkah di antaranya Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, Syaikh Zaini Bawean, Syaikh Muhammad Ali bin Husain Al-Maliki, Syaikh Mukhtar Ampetan,Sayyid’Alwi bin Abbas Al-Maliki, Syaikh Ibrahim Fathani, Syaikh Muhammad Amin Al-Khutbi, Syaikh Ismail Fathani.
Dua tahun kemudian ia melanjutkan studynya dengan di Darul Ulum Ad Diniyah. Selama belajar di sana, ulama yang paling berpengaruh dengan keilmuannya adalah Syah Ahmad Mansyuri dan Syaikh Muhammmad Yasin Fathani. Kurang lebih dua tahun. Kitab-kitab yang ia pelajari antara lain : Syark Ibnu ‘Agil ‘Ala Alfiyah,Mukhtashar Ma’Ani’Ala at Talkhish ( Nahwu ) Al Mahalli ‘Ala Al-Qalyubi ( Fiqih ), Muwaththa’ Malik Sunnan abi Daud ( Hadist ) Jam’ul-Jawami’( ushul fiqih ), Tafsir Ilmu Kastsir,at-Thahbiq Baina al- Madzahib al-mudawwanah ( Kitab tentang persesuaian antara beberapa madahab )
Dahaganya tentang ilmu pengetahuan membuat Syaikh Muhajirin tetap saja rendah hati dan selalu merasa ada ilmu yang selalu mersa belum dipahaminya dengan baik dan benar.
Akhirnya di penghujung bulan Dzulqaidah tahun 1370 H, bertepan dengan 28 agustus 1951, Shaikh Muhajirin berhasil menyelesaikan pendidikannya di Darul Ulum merupakan lulusan terbaik dalam angkatannya. Tak lama berselang iapun diminta untuk mengajar di almamaternya, meskipun menyandang predikat lulus, Syaikh Muhajirin tetap belajar kepada Syaikh Muhammad Yasin bai di rumah maupunnya di sekolah tempatnya mengajar. Akhirnya, Syaikh Muhammad Yasin memberikan Ijazah kepadanya yang dinamakan Maslak al-jali fi Asanid asy-Min Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan. Syaikh Muhajirin juga mendapatkan ijazah dari guru lainnya,yakni Syaikh Muhammad Abdul Baqi, setelah selesai membaca Al-Manahil as-Silsilah fi Al-Ahadits al-Musalsalah,baik secara fi’liyah (perbuatan) maupun qauliyah (ucapan).
MELAHIRKAN ULAMA BESAR
Kamis tanggal 19 Shafar 1375 H,Bertepatan dengan 6 agustus 1955 Syaikh Muhajirin tiba di tanah air, dua tahun setelah kembali ke tanah air ia menikah dengan Hj.Hannah, salah seorang putrid K.H Abdurahman Sodri. Dari pernikahan ini ia di anugerahi delapan anak empat putra dan empat putri. Mereka inilah yang yang meneruskan perjuangan beliau dalam mengembangkan pondok pesantren An-Nida Al-Islamy. Semasa hidupnya beliau hanya mengabiskan waktunya dengan mengajar santri-santrinya di pondok pesantren Syaikh Muhajirin juga dikenal sebagai ulama yang alimdan ahli dalam berbagai bidang ilmu, khususnya ilmu falak. Menurut salah seorang santrinya beliau adalah ulama yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa bulan(baca:hilal) dalam ilmu falak dapat dilihat dengan ukuran 2 ½ derajat dengan langsung mengunakan mata kepala dan bantuan alat tradisional.
Dalam hal ini tidak sembarangan orang dapat melihat hilal pada derajat tertentu, semua itu memerlukan tahapan tahapan dalam waktu yang tidak sebentar.
Ulama yang satu ini produktif menulis. Ia telah mengarang lebih dari 38 kitab, semuanya berbahasa Arab. Yang paling terkenal, Mishbah az-Zhulam, delapan jilid, merupakan syarah kitab Bulugul Maram.
Kegigihan, ketegasan dan kesabaran beliau dalam mendidik santri, telah banyak melahirkan ulama besar,yang juga mumpuni dalam membaca kitab dan mengamalkan kitab-kitab yang beliau ajarkan.
Syaikh Muhajirin Wafat pada tanggal 28 Dzulqaidah 1424 H, bertepatan dengan tanggal 31 januari 2003