سْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


THIS BLOG DEDICATED FOR ALL YOUTH WITH BATAVIAN BLOOD

Kami berdua adalah putra betawi asli dan bertekad meneruskan perjuangan Muhammad Husni Thamrin, yang telah mencetuskan sebuah ideum "JAWARA DAN JURAGAN DI KAMPUNG KITE" yang kembali di ploklamirkan dan diterapkan oleh


Drs.Kh A Fadloli el Muhir.


Adapun defenisi JAWARA DAN JURAGAN itu adalah, sebuah ideum lokal yang bisa mewakili suasana kebatinan masyarakat Betawi, yang ingin keluar dari himpitan sosial yang selama ini membonsai mereka.

Tentu untuk menjadi JAWARA,bukan berarti menjadi jagoan seperti Jawara tempo dulu. jawara di sini tentu dimaksudkan bahwa orang betawi harus menjadi pemberani.tidak mudah menyerah, gigih dan tegar menghadapi masalah dengan segala resiko. sikap kejawaraan semacam itu masih tetap aktual di era global ini. tanpa itu rasanya, masyarakat betawi sulit keluar dari lingkaran setan proses pembangunan yang tengah berjalan di ibu kota. sekalipun mereka diberikan akses di berbagai aspek kehidupan, rasanya orang betawi akan sulit memanfaatkannya, kalau mereka tidak memiliki sikap kejawaraan. Apalagi kalau akses mereka ditutup, maka orang betawi itu sudah jatuh tertimpa tangga.

Sementara menjadi JURAGAN, disini orang Betawi harus bisa menjadi tuan. Mereka harus bekerja keras , agar bisa menjadi juragan di negri sendiri. sikap malas,cepat puas dengan hasil yang ada, tentu sangat tidak relevan dengan sikap seorang juragan yang harus bekerja keras agar dapat diperhitungkan oleh masyarakat sekitarnya.

Dengan menjadi Juragan,orang betawi tidak mudah termaginalisasikan. Dengan menjadi juragan merka bia diperhitungkan dalam aspek kehidupan masyarakat kota. dengan Juragan mereka bisa menjadi tuan di negri sendiri.

untuk membangun stereotipe masyarakat semacam itu memang bukan seperti membalik telapak tangan. Ini tentu membutuhkan proses yang sangat panjang, belum lagi stereotipe JAWARA dan JURAGAN itu merupaka anti tesis dari kondisi masyarakat Betawi yang termaginalkan.juga ditambah pembentukan opini public yang mengatakan orang betawi rendah diri,malas,dan cepat puas dengan apa yang ereka dapatkan. ini tentu membutuhkan perubahan mind set. Harus ada perubahan kultur.

Karena ini adalah sebuah cita-cita yang sangat besar yang telah digagas oleh Drs.Kh A Fadloli el Muhir, JAWARA dan JURAGAN itu bermakna global. karena ini juga merupakan cita-cita Indonesia.

WESTERNISASI DAN KRISTENISASI


Sejak digunakannya kalender masehi sebagai almanak internasional, hampir setiap pelosok dunia memiliki tradisi merayakan akhir tahun. Banyak orang rela untuk tidak tidur di malam tahu baru demi menyaksikannya tahun lama serta tibanya tahun baru. Di beberapa Negara perayaan tahun baru ini dirayakan dengan berbagai macam cara dan kebiasaan yang lumayan berbeda dengan kebiasaan umum.

Bangsa America, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum ntahun baru, yakni di tanggal 31 Desember di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dati Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunti,sirene dinyalakan, kemudian kembang api diledakan dan orang-orang meneriakan “selamat tahun baru” sambil meniup terompet dan meminum minuman beralcohol, dan dilanjutkan dengan menyanyi Auld Lang Syne.

Saat tanggal 1 januari orang-orang America mengunjungi banyak yang di rumah untuk menonton televise atau dating langsung melihat parade bunga Tournament of Roses sebelum lomba fotbol America Rose Bowi dilangsungkan di California atau Orange oi di Texas atau Sugar Bowi di Lousiana.


Berbeda lagi bagi suatu desa kecil di Inggris, dalam perayaan tahun baru para penduduknya menari mengelilingi api dan diiringi musik. Mengelilingi api unggun hingga api padam.demikianlah cara mereka mengatakan” selamat jalan tahun lama, selamat dating tahun baru”. Para suami memberi uang untuk para istri yang di sebut uang peniti, yaitu uang yang dihabiskan untuk hal-hal yang kecil.

Di Italia, anak-anak mengenakan pakaian beraneka warna dan pergi dari satu rumah ke rumah lain sambil meminta kembang gula dan kueh. Daun-daun “mistletoe” digantung di pintu masuk sebagai lambang keberuntungan.


MENGUSIR ROH JAHAT

Perayaan tahun baru di Jepang dilakukan selama 1 minggu. Rumah-rumah dihias dengan rangkaian cabang cemara, dahan apricot Jepang dan tunas bamboo yang merupakan lambing kehidupan sehat dan panjang umur. Ayam-ayaman dari jerami yang dihias dengan kertas putih, bergantungan di atas pintu untuk mengusir roh jahat. Laying-layang bentuk kupu-kupu, ikan dan capung menaiki angkasa di terbangkan secara bermaan dan berkelompok oleh anak-anak jepang.


MELIHAT TABUNG SESUATU YANG TIDAK RASIONAL

Di malam tahun baru, orang jerman berkumpul untuk melihat masa depanmelalui sebuah tabung besar yang berisikan air dingin yang diletakan di ruangan . bentuk yang terlihat melalui tuangan timah hitam cair yang dituangkan kedalam tabung yang berisi air dingin tersebut. Akan memperlihatkan masa depan macam apa yang akan terjadi di masa mendatang.


Di Naples , salah satu kota di Italia ada suatu kebiasaan yang sangat aneh. Suatu kebiasaan melempar barang-barang yang sudah tidak terpakai keluar dari jendela tepat pada pukul 24.00 pada pergantian tahun. Sehingga apabila anda berjalan di kota Naples pada tanggal 1 januari, anda jangan heran apabila terdapat banyak barang-barang rongsokan yang tersebar di jalanan.

Di spanyol ketika malam tahun baru tgl 31 Desember, masyarakat spanyol biasanya memakan anggur sebanyak 12 biji, dengan maksud untuk 12 harapan pada setiap 12 bulan di tahun mendatang.

Orang korea punya sapaan akrab, sudahkah anda makan Thuck-good??? Menurut kepercayaan orang korea, apabila pada malam menyantap kaldu daging sapi, dengan potongan telur dadar dan kerupuk nasi atau thuck good, maka mereka tidak akan menjadi tua di tahun itu.


PERAYAAN TAHUN BARU DI MASA LAMPAU

Kebanyakan orang di masa silam memulai tahun baru pada hari panen. Mereka melakukan kebiasaan untuk meninggalkan masa lalu dan memurnikan dirinya untuk tahun yang baru. Orang Persia kuno mempersembahkan hadiah telur untuk merayakan tahun baru, sebagai hadiah kepada orang yang penuh produktivitas. Orang romawi kuno saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Belakangan, mereka memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar janus, dewa pintu dan semua permulaanbulan januari mendapat nama dari dewa bermuka dua ini (muka yang satu menghadap ke depan dan yang satunya lagi menghadap ke belakang). Orang-orang romawi mempersembahkan hadiah-hadiah kepada kaisar. Para kaisar lambat laun mewajibkan hadiah-hadiah seperti itu. Para pendeta keltik memberikan potongan dahan mistletoe, yang dianggap suci, kepada umat mereka. Orang-orang keltik juga banyak mengambil kebiasaan tahun baru masyarakat romawi yang menduduki kepulauan inggris pada tahun 43 masehi seperti minum Red wine, meniup terompet, menyalakan api unggun, memberikan hadiah kepada lain jenis dan saling bermesraan. Namun pada tahun 457 masehi gereja Kristen melarang kebiasaan ini, bersama kebiasaan tahun baru lain yang dianggap kebiasaan orang kafir, tapi itu hanya sekedar formalitas. Karena terus berlanjut pada tahun 1200-an pemimpin-pemimpin inggris mengikuti kebiasaan romawi yang mewajibkan rakyat mereka memberikan hadiah tahun baru. Para suami di Inggris memberikan uang kepada istrinya untuk membeli bros (pin). Kebiasaan ini hilang pada tahun 1800-an, namun istilah pin money, yang berarti sedikit uang jajan masih tetap hingga kini. Penduduk Koloni New England, America banyak yang merayakan tahun baru dengan menembakan senapan ke angkasa dan meniup terompet,berteriak dan meminum, minuman beralcohol setelah mengikuti perayaan di gereja atau pesta terbuka, hingga kini.

DI INDONSIA di masa lampau bangsa ini tidak pernah merayakan tahun baru masehi, yang ada hanyalah perayaan tahun baru islam, Di pulau jawa yang lebih terkenal Cirebon di masa lampau merayakan malam tahun baru islam dengan melakukan arak-arakan benda pusaka yang diiringi dengan pembacaan sholawat sedangkan di Jakarta sejak abad ke 19 para ulama sudah mengajarkan merayakan tahun baru islam dengan membaca Tahlil,Ratib,Pembacaan Maulid nabi Muhammad dan di teruskan dengan Doa akhir tahun kemudian di tutup dengan doa awal tahun. Tidak pernah ada dalam sejarah di Jakarta merayakan tahun baru masehi, kalaupun ada itu dilakukan oleh para penjajah. namun ironisnya masa kini merayakan tahun baru masehi adalah sebuah agenda tahunan banggsa ini yang mayoritas penduduknya orang islam. dengan berbagai macam acara yang ditampilkan di televisi bahkan sampai dihadiri kepala daerah. Sebaiknya tahun baru masehi tidak perlu dirayakan dengan suka cita yang berlebihan, apalagi membuat sebuah Resolusi di tahun baru  Masehi karena tahun baru Masehi adalah perubahan tanda satuan angka yang tidak bermakna dibandingkan dengan tahun baru Hijriyah.Sungguh merugi sebuah Resolusi di tahun Baru Masehi karena berada di dalam sebuah Destitusi Pembodohan, yang terpenting adalah keberanian dalam meperbaiki diri, berkarya,bertaqwa dan bertindak secara arif dan bijaksana, agar hari esok menjadi lebih baik.

Dalam agama Islam, yang namanya hari raya hanya ada dua saja, yaitu hari ‘Idul Fithr dan ‘Idul Adha. Selebihnya, tidak ada pensyariatannya, sehingga sebagai muslim, tidak ada kepentingan apapun untuk merayakan datangnya tahun baru.
Namun ketika harus menjawab, apakah bila ikut merayakannya akan berdosa, tentu jawabannya akan menjadi beragam. Yang jelas haramnya adalah bila mengikuti perayaan agama tertentu. Hukumnya telah disepakati haram. Artinya, seorang muslim diharamkan mengikuti ritual agama selain Islam, termasuk ikut merayakan hari tersebut.
Maka semua bentuk Natal bersama, atau apapun ritual agama lainnya, haram dilakukan oleh umat Islam. Dan larangannya bersifat mutlak, bukan sekedar mengada-ada.
Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 7 Maret tahun 1981/ 1 Jumadil Awwal 1401 H telah mengeluarkan fatwa haramnya natal bersama yang ditanda-tangani oleh ketuanya K.H.M. Syukri Ghazali. Salah satu kutipannya adalah :
1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa A.S, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
2. Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat islam hukumnya Haram
3. Agar ummat islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegitan-kegiatan Natal.
Namun bagaimana dengan perayaan yang tidak terkait unsur agama, melainkan hanya terkait dengan kebiasaan suatu masyarakat atau suatu bangsa?
Sebagian kalangan masih bersikeras untuk mengaitkan perayaan datangnya tahun baru dengan kegiatan bangsa-bangsa non-muslim. Dan meski tidak langsung terkait dengan masalah ritual agama, tetap dianggap haram. Pasalnya, perbuatan itu merupakan tasyabbuh orang kafir, meski tidak terkait dengan ritual keagamaan. Mereka mengajukan dalil bahwa Rasulullah SAW melarang
tasyabbuh bil kuffar
‏عن ‏ ‏ابن عمر ‏ ‏قال ‏‏قال رسول الله ‏ ‏صلى الله عليه وسلم ‏‏ من تشبه بقوم فهو منهم
Dari Ibnu Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Siapa yang menyerupa suatu kaum, maka dia termasuk di antara mereka.
عبد الله بن عمرو أنه قال : من بنى بأرض المشركين وصنع نيروزهم ومهرجانهم وتشبه بهم حتى يموت حشر معهم يوم القيامة
Dari Abdullah bin Amr berkata bahwa orang yang mendirikan Nairuz dan Mahrajahdi atas tanah orang-orang musyrik serta menyerupai mereka hingga wafat, maka di hari kiamat akan dibangkitkan bersama dengan mereka.
Tasyabbuh di sini bersaifat mutlak, baik terkait hal-hal yang bersifat ritual agama ataupun yang tidak terkait.
Namun sebagian kalangan secara tegas memberikan batasan, yaitu hanya hal-hal yang memang terkait dengan agama saja yang diharamkan buat kita untuk menyerupai. Sedangkan pada hal-hal lain yang tidak terkait dengan ritual agama, maka tidak ada larangan. Misalnya dalam perayaan tahun baru, menurut mereka umumnya orang tidak mengaitkan perayaan tahun baru dengan ritual agama. Di berbagai belahan dunia, orang-orang melakukannya bahkan diiringi dengan pesta dan lainnya.Tetapi bukan di dalam rumah ibadah, juga bukan perayaan agama.
Dengan demikian, pada dasarnya tidak salah bila bangsa itu merayakannya, meski mereka memeluk agama Islam.
Namun lepas dari dua kutub perbedaan pendapat ini, paling tidak buat kita umat Islam yang bukan orang Barat, perlu rasanya kita mengevaluasi dan berkaca diri terhadap perayaan malam tahun baru.
Pertama,biar bagaimana pun perayaan malam tahun baru tidak ada tuntunannya dari Rasulullah SAW. Kalau pun dikerjakan tidak ada pahalanya, bahkan sebagian ulama mengatakannya sebagai bid’ah dan peniruan terhadap orang kafir.
Kedua, tidak ada keuntungan apapun secara moril maupun materil untuk melakukan perayaan itu. Umumnya hanya sekedar latah dan ikut-ikutan, terutama buat kita bangsa timur yang sedang mengalami degradasi pengaruh pola hidup western. Bahkan seringkali malah sekedar pesta yang membuang-buang harta secara percuma
Ketiga, bila perayaan ini selalu dikerjakan akan menjadi sebuah tradisi tersendir, dikhawatirkan pada suatu saat akan dianggap sebagai sebuah kewajiban, bahkan menjadi ritual agama. Padahal perayaan itu hanyalah budaya impor yang bukan asli budaya bangsa kita.
.Keempat, karena semua pertimbangan di atas, sebaiknya sebagai muslim kita tidak perlu mentradisikan acara apapun, meski tahajud atau mabit atau sejenisnya secara massal. Kalaulah ingin mengadakan malam pembinaan atau apapun, sebaiknya hindari untuk dilakukan pada malam tahun baru, agar tidak terkesan sebagai bagian dari perayaan. Meski belum tentu menjadi haram hukumnya.
والله أعلم بالصواب والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Di tambahkan oleh Ust.Machrudin Al Batawi

PERLUNYA PENDEKATAN KULTURAL TERHADAP MASYARAKAT MISKIN


Anda mungkin pernah menonton film karya almarhum Wim Umboh yang berjudul “Pengemis dan tukang becak” sebuah film yang legendaris. Yang memotret kehidupan sosial masyarakat miskin di tahan air khususnya di Ibu Kota RI Jakarta. Dan sekitar tahun 1984-1986. dibawah kendali mutu Pangkopkamtib Jenderal Soedomo. Pengemis, gelandangan pengamen dan asongan ditertibkan dengan sangat keras. Alasannya karena penampilan mereka yang compang-camping, dianggap oleh pemerintah sebagai sososk yang “memalukan”. Konon katanya, malu dari Negara sahabat yang berkantor di Jakarta dan juga malu pada turis mancanegara. Karena bangsa ini terkesan miskin.

Kenapa mesti malu. Padahal sejatinya, bukankah kemiskinan di Negara kita mencapai angka lebih dari 30%?

Tak lama setelah ‘kamtib’ (Istilah dimasa Soedomo) menghalau para pengemis, gelandangan, pengamen dan asongan dari jalanan di Ibu kota. Sehingga sebuah surat pembaca dilayangkan di majalah tempo. Mengusulkan agar media massa di Jakarta yang biasanya memakai jasa para pedagang asongan dan anak terlantar,untuk dagang produk mereka. Dan memberikan busana pada para asongan berupa kaos, jacket dengan logo media massa yang bersangkutan. Dengan harapan, kalo alasannya sekadar penampilan, maka dengan kaos dan jacket yang panta, mereka mungkin akan terlihat canti dan rapih saat bekerja di jalanan.

Walhasil Majalah Tempo kala itu yang pertama melakukannya. “SALUTE TO TEMPO” sepekan setelah Soedomo marah-marah seluruh asongan Jakarta menggunakan jacket bertulisan ‘Temp-enak dibaca dan perlu. Pekan berikutnya hingga kini, sikap itu diikuti oleh seluruh media massa. Mereka memberikan bantuan kepada para pedagang asongan berikut logo media massa yang bersangkutan.

Konon Soedomo tidak jadi marah-marah. Para asongan dan fakir miskinpun bersorak gembira dan kembali bekerja di jalanan. Hingga kini secara turun temurun. Sayangnya jumlah asongan yang mengenakan kaos,jacket cantik dengan atribut sekarang terlihat semakin jarang. Nampaknya busana compang-camping kembali melekat kepada mereka.


Apa itu penyebabnya, pemerintah daerah embali menertibkan mereka??? Dan ditambah Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 mengenai Ketertiban Umum.
Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta Budihardjo, Senin (31/8) di Jakarta Pusat, mengatakan, mereka ditangkap di sekitar perempatan Cempaka Putih, perempatan Senen, Tomang, TMII, Cilandak, dan perempatan Pramuka. Penangkapan sudah dilakukan dalam beberapa hari terakhir dan sidang tindak pidana ringan langsung digelar setelah penangkapan.
Hakim dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur memberi sanksi Rp 150.000 sampai Rp 300.000 kepada para pemberi sedekah itu. Hukuman itu jauh lebih ringan dibandingkan ancaman hukuman dalam Perda Ketertiban Umum, yaitu kurungan maksimal 60 hari atau denda maksimal Rp 20 juta. (detik.com)

Weeeeeeeeeeeeeeeedeeeeeeeeew…....
”Jangan jadikan fakir miskin sebagai obyek penderita dalam kehidupan berbangsa bung…….!!!

Atau mungkin semua ini murni karena persaingan bisnis, yang berkaitan dengan sinyalemen, bahwa para pengemis dan pengamen itu sesungguhnya adalah pekerja dari sebuah organisasi besar yang berlindung di balik kemiskinan. Konon ini yang membuat pemerintah menjadi gerah. Atau jangan-jangan sesungguhnya adalah mereka yang tersaingi, yang juga sesungguhnya para pengemis yang bertopeng di balik jas dan dasi???
Tauuuu deeeeh…gue juga bingung!!!yang mana yang bener???

Apapun maksudnya, seperti semua yang tertulis di atas, justru saya ingin melihatnya dari kaca mata kultural saja.
Dari kisah film karya almarhum Wim Umboh dan Pangkopkamtib Jenderal Soedomo. Terlihat 2 cara pendekatan yang dilakukan di tengah masyarakat kita dalam memperbaiki peradaban bangsa pertama pendekatan Kulturar (Wim Umboh + Tempo + media massa lainnya) serta pendekatan stukturar (Soedomo). Mungkin, alangkah lebih arifnya jika semua permasalahan kemanusiaan di tengah bangsa dilakukan secara pendekatan kulturar, ketimbang pendekatan strukturar. Kecuali, misalnya para pengemis, gelandangan dan pengamen telah masuk ke ruang kriminalitas.


Namun jika di atas benar, ada “cukong” yang bekerja di balik para fakir miskin. Sebaiknya melakukan pendekatan intelejen yang handal dari pihak aparat. Cukong besar itulah yang ditangkap, dari pada mengejar-ngejar para pekerjanya. Yang jelas-jelas hidup di bawah garis kemiskinan. Dan karena mereka miskin itulah sehingga mereka mau bekerja di balik terik matahari, di tengah ancaman maut kendaraan dan minimnya jaminan kesehatan dari asapo knalpot dan debu jalanan.
Persoalannya kenapa pemerintah lebih suka menyelesaikan masalah dengan pendekatan struktural semata? Kenapa tidak melengkapinya dengan pendekatan kulturar saja, bukankah pada dasarnya Negara kita Negara adalah bangsa yang beradab dan berbudaya, termasuk para fakir miskin itu yang mencari nafkah di jalanan. Bahwasanya mereka lebih bermartabat dibandingkan dengan seorang koruptor.
Seharusnya pemerintah melibatkan para seniman film,misik,budayawan dan dari cabang seni lainya dalam menyelesaikan masalah kemiskinan di Negara ini. Coba simak saja dari lagu-lagu Slank, Iwan fals, film karya almarhum Wim Umboh yang lebih sensitive dalam memahami persoalan kemiskinan di tanah air.
Karena mereka yakin dan percaya lewat musik dan film atau garis besarnya sebuah karya seni adalah sebuah bentuk komunikasi yang dapat merubah mind set masyarakat . seperti Wim Umboh yang membuat film bertajuk “Pengemis dan tukang becak” yang tak hanya berhasil secara sinemati sebagai peraih FFI, tapi sungguh sangat membangun kesadaran masyarakat kelas atas untuk selalu menengok kebawah.
“…TUH MASIH BANYAK YANG MISKIN…”

Sebaiknya para pemimpim jangan bangga dulu karena saat ini anda jadi pemimpin masyarakat, kalau belum bisa menuntaskan masalah kemiskinan di tanah air ini dengan cara yang lebih beradab dan berbudaya. Kemiskinan tidak mungkin dihapuskan sekaligus. Iya…kita sepakat. Tapi Jangan jadikan fakir miskin sebagai obyek penderita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti maling? Koruptor aja tuh…berantas yang berdampak besar terhadap roda perekonomian secara Universal. Semua manusia di negri para leluhur ini adalah subyek dari pembangunan peradaban bangsanya.

PENGANTIN ALA BETAWI PENUH DENGAN FILSAFAT

MERIAHNYA PENGANTIN ALA BETAWI PENUH DENGAN FILSAFAT



MERIAH. Demikianlah kata yang tepat untuk mendeskripsikan peristiwa mendeskripsikan peristiwa pernikahan adat Betawi. Diiringi suara petasan,rombongan keluarga mempelai pria berjalan memasuki halaman rumah kediaman mempelai wanita sambil diiringi ondel-ondel,tanjidor sampai marawis.

Bagi masyarakat betawi prosesi pernikahan di mulai dengan menyiapkan barang bawaan (seserahan) untuk mempelai wanita seperti buah-buahan,pangan,sandang bahkan hewan peliharaan sebagai syarat,perlengkapan pakaian wanita,make up, juga sampai membawa sepasang ROTI BUAYA yang di yakini oleh masyarakat Betawi bahwa buaya itu kawin hanya sekali dalam seumur hidupnya, dan filosofi inilah yang di aplikasikan masyarakat Betawi. Dengan harapan kedua mempelai hanya menikah sekali dalam seumur hidupnya.

Sebelum pelaksanaan prosesi (Akad nikah) ada sebuah acara yang menjadi opening yang dinamakan BUKA PALANG PINTU, berupa berbalas pantun dan adu ilmu bela diri pencak silat antara wakil dari keluarga pria dan wanita. Prosesi tersebut dimaknai sebagai ujian bagi mempelai pria sebelum diterima menjadi suami yang kelak menjadi pelindung bagi mempelai wanitanya. Uniknya, dalam setiap pertarungan silat selalu dikalahkan oleh jagoan dari calon pengantin pria.



WARNA YANG MENCOLOK

Warna-warna yang dipakai dalam pelaminan adapt betawi adalah warna-warna yang mencolok mata seperti hijau muda,merah,kuning dan orange. Dari warna-warna tersebut juga ada filosofi yang di aplikasikan oleh masyarakat betawi yaitu menunjukan ketegasan,komitmen yang harus tetap terjaga.

MAHKOTA yang dipakai oleh pengantin pria Betawi yang menggambarkan seorang suami adalah kepala dalam rumah tangga yang harus selalu memberikan nafkah lahir dan batin dan seorang istri harus selalu menghormati ,melayani suaminya layaknya seorang raja. Pengantin wanita mengenakan cadar yang berarti seorang istri harus selalu menjaga kesuciannya dan mempersembahkan kecantikannya hanya untuk sang suami. Semua ini adalah aplikasi yang di ambil dari ajaran agama islam.
Puncak pernikahan adat Betawi adalah Akad Nikah yang dilakukan oleh penghulu yang kemudian dilanjutkan dengan mempelai wanita membuka cadar pengantin wanita guna memastikan bahwa wanita tersebut adalah dambaan hatinya. Selanjutnya mempelai wanita mencium tangan pria.

PERPADUAN DUA BUDAYA ASING

Setelah kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan, ditampilkan tarian kembang Jakarta yang lantas diteruskan dengan pembacaan doa. Pembacaan doa itu biasanya berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak. Mempelai wanita memakai baju kurung dengan teratai dan selendangsarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah,juga hiasan sepasang burung Hong. Dari mempelai waita diberi tanda merah bergambar bulan sabit yang menandakan masih gadis saat menikah. Mempelai wanita memakai jas Rebet,kain sarung piakat,Hem,Jas serta Kopiah. Di tambah baju gamis berupa jubah arab yang di pakai saat resepsi dimulai. Jubah,Baju Gamis,selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menandai agar rumah tangga banyak rejeki dan selalu rukun dan damai.

Dari gaya pakaian ala pengantin Betawi tersebut, terlihat perpadua dua budaya asing yang melekat dalam prosesi pernikahan. Pengantin pria dipengaruhi budaya Arab dan Pengantin wanita dipengaruhi budaya Cina. Demikian pula dengan musik yang meramaikan pesta pernikahan.



JURAGAN LENONG



Haji Bokir bin Dji'un





Kesenian Topeng Betawi


Tokoh kesenian topeng Betawi Haji Bokir bin Dji'un, meninggal dunia dalam usia 77 tahun pada hari Jumat (18/10) sekitar pukul 05.30. Jenazah dimakamkan siang harinya setelah shalat Jumat di pemakaman Kampung Keramat, Cipayung, Jakarta Timur. Sejumlah tokoh topeng betawi dan lenong turut mengantar jenazah Bokir, seperti Nasir, Omas, dan Hajah Nori.

Sekitar pukul 04.30, ia tidak sadarkan diri setelah keluar dari kamar mandi di rumahnya di Kampung Setu, Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Kemudian dibawa ke Rumah Sakit Pasar Rebo, Jakarta Timur, dan meninggal sekitar pukul 05.30.

Bokir yang dilahirkan di Cisalak, Bogor, 25 Desember 1925, itu sudah lama mengidap penyakit darah tinggi. Ia meninggalkan seorang isteri, lima anak dan sembilan cucu. Sebelum meninggal, Bokir tinggal dengan istri ketiganya Namah. Dua istrinya telah meninggal dunia.

Ayah Bokir, Dji'un, juga seorang pemain topeng Betawi semasa kolonial. Hampir seluruh hidup Bokir dipersembahkan untuk kesenian topeng dan lenong Betawi. Ia sudah bermain topeng Betawi sejak usia 13 tahun. Pada mulanya ia sebagai pemain kendang sampai rebab. Kemudian ia mendirikan dan memimpin kelompok topeng Betawi Setia Warga sejak tahun 1960-an hingga akhir hayatnya. Pada awal tahun 1970-an Setia Warga sering tampil di TVRI.

Penampilan terakhir Bokir dan kelompoknya, September 2002 lalu, di sebuah hajatan perkawinan di Cilangkap. Mereka memainkan cerita Salah Denger yang-antara lain-didukung Bolot, Malih, dan Bodong. Mandra dan Omas, pemain topeng betawi yang kemudian sebagai pemain sinetron, adalah keponakan Bokir.

Selain main topeng dan lenong, Bokir pernah bermain pada sekitar 50-an film, termasuk film Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986). Film yang dibintangi Suzanna dan disutradarai Sisworo Gautama Putra itu ditayangkan oleh RCTI pukul 13.00 bertepatan dengan hari wafat Bokir. Ia juga tampil dalam sejumlah sinetron, di antaranya Koboi Kolot, Fatimah, dan Angkot Haji Imron



 


Nasir (meninggal di Jakarta, 12 April 2006) adalah seorang seniman lenong dan topeng Betawi.
Nasir menggeluti dunia lenong dan topeng Betawi sejak berusia 14 tahun mewarisi profesi orang tuanya. Pada tahun 1970-an, Televisi Republik Indonesia menayangkan program lenong Betawi dengan pemeran Nasir dan beberapa tokoh lenong lainnya, yaitu Bokir, Siti, serta Anen. Nasir turut mendirikan kelompok Lenong dan Tari Topeng "Setia Warga" pimpinan Bokir, dan lalu mendirikan kelompok kesenian sejenis yang diberinya nama "Sinar Jaya".
Nasir dianggap konsisten menghidupkan budaya asli Betawi melalui kesenian lenong yang digelutinya. Mandra, aktor dan tokoh kesenian Betawi generasi setelah Nasir, menganggap Nasir sebagai senior di panggung lenong dan merupakan bapak tokoh-tokoh lenong dan topeng Betawi.


Tak bisa dipungkiri kesenian tradisional Betawi yang paling populer hingga kini adalah lenong. Tentu orang masih mengingat pentolan sekaligus tokoh Betawi yang kocak, H. Bokir, (alm) Mpok Siti, H. Nasir, dan lain-lain. Lewat banyolan yang spontan dan lebih bersifat celetukan, para pemain lenong senior tersebut bisa dibilang merajai panggung dan layar kaca di era 1970-an dulu.Sebagai hiburan, lenong memiliki daya tarik tersendiri. Lewat celetukan-celetukan khas Betawi, lenong mudah dipahami dan diterima hampir semua lapisan masyarakat dari suku yang berbeda-beda. Tak heran karena sifatnya yang mudah dicerna dan mampu mendobrak batas-batas suku dan agama, lenong menjadi sangat digemari.

Sayangnya, semakin uzurnya para pemain senior, lenong Betawi pun seakan turut pudar. Padahal, sesungguhnya masyarakat masih merindukan kesenian rakyat ini. Buktinya, kemunculan Lenong Rumpi dan Lenong Bocah di awal tahun 1990 mendapat sambutan hangat. Padahal, para pemainnya bukan orang Betawi asli.


Namun, masa keemasan ini pun tak lama. Sekitar lima tahun masa tayangnya, posisi mereka tergusur oleh kesenian Jawa Tengah-Jawa Timur seperti Ketoprak Humor, yang merupakan pecahan dari grup lawak Srimulat. Sementara lenong sedikit demi sedikit tergusur dari layar kaca dan beralih main dari kampung ke kampung.


Kesulitan Regenerasi
Apa sebab lenong tergusur? Ketika pertanyaan ini diajukan kepada Malih T, ia langsung menjawab tak adanya regenerasilah yang menjadi penyebabnya. Memang pada umumnya, kesenian tradisional Betawi termasuk lenong, lahir secara turun-temurun. ” Saya mengakui yang namanya regenerasi itu sulit. Seniman Betawi tua memang kurang komunikasi dengan yang muda,” akunya saat ditemui SH di sela-sela kesibukannya mengisi acara HUT Jakarta di Balaikota, Sabtu malam (22/6).
Malih sendiri kini memiliki sebuah grup kesenian Betawi yang diberi nama Malih Grup. Namun, tak pelak ia mengalami kesulitan untuk mencari bibit baru dan mengasuh mereka. Selain banyak yang kurang disiplin, banyak pemain yang masih awam. Pemain yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah seringkali mengalami kesulitan menghadapi penonton yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Dengan lebih banyak mengandalkan improvisasi, bisa dipastikan kesenian ini bakal menemui kesulitan jika pemainnya tak memiliki cukup wawasan.


Inilah sebabnya, kalaupun ada yang tertarik bergabung dengan kelompoknya, sambung Malih, lebih banyak yang tertarik untuk menyanyi dangdut dibanding gambang kromong. ” Mungkin karena lebih mudah belajarnya dan banyak yang nanggap,” sahut Malih yang memiliki 50 anggota yang terdiri dari pemain gambang kromong, lenong dan penyanyi dangdut.


Sama seperti Malih, Omas juga memiliki keprihatinan yang sama. Memudarnya lenong salah satunya akibat tidak ada regenerasi. Di saat yang tua sudah mulai sakit-sakitan dan banyak yang sudah meninggal, yang muda banyak yang tidak peduli.



Malih dan Omas sepakat, tersingkirnya kesenian Betawi khususnya lenong bukan berarti mereka langsung menyalahkan kesenian daerah lainnya yang saat ini banyak digemari seperti Ketoprak Humor.
” Sebenarnya kita masih eksis kok. Buktinya di kampung-kampung seperti Bekasi dan Tambun, masih banyak lenong keliling. Kalau di televisi, masih ada Komedi Betawi di Anteve juga beberapa sinetron Betawi. Tapi untuk membuat acara lenong seperti dulu lagi atau tayangan Betawi lainnya memang susah. Kita nggak siap naskahnya,” cetus Omas yang pertama kali terjun ke televisi bermain lenong lewat Topeng Betawi di TVRI tahun 1990-an bersama pamannya, Bokir.


” Kita nggak bisa nyalahin televisi atau Ketoprak Humor. Ini adalah salah kita sendiri kenapa tidak mau berusaha. TV adalah milik bangsa kita bersama, salah kita tidak memberi naskah yang menarik kepada televisi,” imbuh Malih seraya mengatakan tahun lalu pernah ada pertemuan antara seniman-seniman Betawi yang memperbincangkan nasib kesenian tradisonal Betawi. Sayangnya hingga kini, pertemuan itu belum membuahkan hasil.


Kesulitan Dana
Di tengah situasi yang tidak menguntungkan, toh langkah para seniman Betawi ini tidak surut untuk melestarikan kesenian tradisionalnya. Jika generasi Omas, Mandra, dan Bolot memilih tampil di televisi lewat sinetron, termasuk bintang tamu di berbagai acara lawak, Malih lebih memilih untuk nanggap dari kampung ke kampung.


” Alhamdulillah, hasilnya lumayan. Memang tidak seramai dulu karena sekarang masih krismon,” kata Malih yang dalam sebulan bisa 4-5 kali manggung dengan bayaran Rp 25 juta sekali manggung. Biaya sebesar ini dia pakai untuk membayar 50 orang pemain, sewa peralatan panggung, transportasi serta biaya pembinaan. ” Kita memang masih kekurangan dana untuk melakukan pembinaan. Dana yang tersedia hanya seadanya dari hasil manggung itu,” sambung Malih yang pertama kali terjun sebagai pemain lenong profesional di TIM tahun 1992 bersama Bokir ini yang kemudian pecah dan masing-masing mendirikan kelompok sendiri-sendiri ini.


Kesulitan dana ini agaknya yang menyebabkan beberapa seniman Betawi terpaksa mendua. Bolot, misalnya, melakukan dua cara sekaligus. Selain tampil di acara-acara televisi sebagai freelance, seperti menjadi bintang tamu Ketoprak Humor, Bolot juga sering manggung bersama kelompok lenongnya, Bolot Grup. ‘Tampil bersama Ketoprak Humor, kenapa tidak? Kita kan juga perlu makan. Sama saja kok tampil bersama Ketoprak atau lenong,” tandas Bolot yang main lenong sejak tahun 1963.


Raja Kampung
Di tengah persaingan yang ketat, Malih dan Omas masih tetap optimistis kesenian Betawi bakal bangkit kembali. Seperti dikatakan Malih, beberapa saat yang lalu ia berbincang-bincang dengan salah satu tokoh Betawi yang menjanjikan akan membuat Gedung Kesenian Betawi.
” Saya lupa namanya. Tapi dia bilang sedang melakukan pendekatan minta lahan di daerah Kemayoran untuk membangun Gedung Kesenian Betawi. Saya sih berharap kalau ini benar terjadi, bisa membantu kemajuan kesenian Betawi. Tapi nggak tahu juga pelaksanaannya kapan,” sahut Malih.


Di lain pihak Omas mengatakan, ia bersama rekan-rekan lainnya sedang mencari format acara berbau Betawi untuk ditawarkan ke berbagai stasiun televisi. ” Memang nggak gampang. Tapi kalau bukan kita yang peduli siapa lagi? Kita nggak boleh kalah sama kesenian lainnya, justru kita harus jadi raja di kampung sendiri dong,” tegas Omas, salah satu dari sedikit seniman Betawi yang serba bisa, mulai dari menari, menyanyi, main lenong hingga main sinetron.






Seniman Betawi Benyamin.S


BENYAMIN S (1939 - 1995)

Benyamin.S lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939. Benyamin Sueb memang sosok panutan. Kesuksesan di dunia musik dan film membuat namanya semakin melambung.
Lebih dari 75 album musik dan 53 judul film yang ia bintangi adalah bukti keseriusannya di bidang hiburan tersebut.

Dalam dunia musik, Bang Ben (begitu ia kerap disapa) adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong. Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular.

Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia. Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karir musik Benyamin, malahan kebalikannya. Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.

Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.

Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin. Dalam perkembangannya, duet Benyamin dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia. Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar. Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.

Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern. Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.

Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jatidirinya. Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).

Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari. Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, Bang Puase, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran.

Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.

Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya. Ia menggaet Inneke Kusumawati dan berhasil merilis beberapa album, seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Palayan Toko.

Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk main film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Baiduri serta Si Doel Anak Modern (1977) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya.

Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan. Selain main sinetron/film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Gambang Kromong Al-Hajj bersama Keenan Nasution.
Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.

Benyamin meninggal dunia seusai main sepakbola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung.




                                    

Pendidikan

  • Sekolah Rakyat Bendungan Jago Jakarta (1946-1951), SD Santo Yosef Bandung (1951-1952)
  • SMPN Taman Madya Cikini, Jakarta (1955)
  • SMA Taman Siswa, Jakarta (1958)
  • Akademi Bank Jakarta (Tidak tamat) ; Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan & Ketatalaksanaan (1960)
  • Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960)
  • Kursus Lembaga Administrasi Negara (1964)

Karir

  • Kondektur PPD (1959)
  • Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960)
  • Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1968)
  • Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969)
  • Produser dan Sutradara PT Jiung -Film (1974-1979)

Penghargaan

Keluarga

Benyamin menikah dua kali. Pertama dengan Nonnie pada tahun 1959 (kemudian bercerai pada tanggal 7 Juli 1979 namun rujuk kembali pada tahun yang sama). Hj. Nonnie memberinya lima anak:
  • Beib Habbani
  • Bob Benito
  • Biem Triani
  • Beno Rahmat
  • Beni Pandawa
Sedangkan anak - anak dari isteri kedua, Alfiah, adalah :
  • Bayi Nurhayati
  • Billy Sabila
  • Bianca Belladina
  • Belinda Syahadati

Diskografi

Solo

  1. Kancil Kesasar/Kue Onde (Mesra Records)
  2. Si Jampang (Melodi Record)
  3. Oom Senang (Mesra Record)
  4. Brang Breng Brong (Diamond Record)
  5. Jangkrik Genggong (Mutiara Record)
  6. Apollo (Indah Records)
  7. Tukang Tuak (Undah Records)
  8. Nonton Pecoen (Remaco)
  9. Keluarga Gila (Remaco)
  10. Tukang Sado (Remaco)
  11. Tukang Becak (Remaco)
  12. Terus Turun (Remaco)
  13. Steambath (Remaco)
  14. Dul-Dul Tjak (Mutiara Records)
  15. Patjaran (Indah Records)
  16. Ngupi (Remaco)
  17. Nyari Kutu (Indah Records)
  18. Tukang Loak (Indah Records)
  19. Ngibing (J&B)
  20. Maredel (Remaco)
  21. Mak Minta Makan Mak (Remaco)
  22. Anak Sekarang (Remaco)
  23. Blues Kejepit Pintu (Remaco)
  24. Bul Bul Efendi (Irama Tara)
  25. Kicir-Kicir (Remaco)
  26. Asal Nguap (Indah Records)
  27. Makan (Remaco)
  28. Main Congklak (Irama Tara)
  29. Ketemu Bayi Tabung (Irama Tara)
  30. Soraya (Fila Records)
  31. Telepon Cinta (Insan Record/RCA)
  32. Martabak (Insan Record)
  33. Ngibing Betawi (Varia Nada Utama)
  34. Cintaku Berat di Ongkos (Virgo Ramayana Records)
  35. Assoy (Ben's Records)
  36. Duit (Mutiara Records)
  37. Bayi Tabung (Insan Records)
  38. Mat Codet (Irama Asia)
  39. Tua-Tua Komersiel (Gesit Records)
  40. Saya Bilang (Abadi Records)
  41. Telepon Umum (Purnama Records)
  42. Belajar Membaca (Irama Asia)
  43. Nostalgila (Asia Records)
  44. Sang Kodok (BBB)
  45. Biang Kerok Bersama Al Haj (Virgo Ramayana/Ben's Records)

Duet

  1. Indehoy bersama Rossy (Mesra Records)
  2. Tukang Solder bersama Rossy (Diamond Records)
  3. Es Tape bersama Rossy (Indah Records)
  4. Tukang Loak bersama Lilis Suryani (Remaco)
  5. Ngelamar bersama Rita Zahara (Indah Records)
  6. Tukang Duren bersama Rita Zahara (Indah Records)
  7. Tukang Kridit bersama Ida Royani (Indah Records)
  8. Siapa Punya bersama Ida Royani (Indah Records)
  9. Begini Begitu bersama Ida Royani (Indah Records)
  10. Tukang Delman bersama Ida Royani (Indah Records)
  11. Si Mirah Jande Marunde bersama Ida Royani (Indah Records)
  12. Yang Paling Enak bersama Ida Royani (Dian Records)
  13. Dunia Terbalik bersama Ida Royani (Dian Records)
  14. Anak Bapak bersama Ida Royani (Remaco)
  15. Di Sini Aje bersama Ida Royani (Remaco)
  16. Item Manis bersama Ida Royani (Remaco)
  17. Tukang Tape bersama Ida Royani (Irama Mas)
  18. Perkutut bersama Ida Royani (Remaco)
  19. Lampu Merah bersama Ida Royani (Remaco)
  20. Lampu Merah II bersama Ida Royani (Remaco)
  21. Cinta tak Terbatas bersama Ida Royani (Remaco)
  22. Aturan Asyik bersama Ida Royani (Remaco)
  23. Ketemu Lagi bersama Ida Royani (Remaco)
  24. Jampang and His Wife bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
  25. Janda Kembang bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
  26. Semut Jepang bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
  27. Monyet Nangkring bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
  28. Dokter bersama Inneke Kusumawati (Mutiara)
  29. Mancing Lindung bersama Herlina Effendy (Remaco)
  30. Cong-Cong Balicong bersama Herlina Effendy (Remaco)
  31. Muhammad Ali bersama Herlina Effendy (Remaco)
  32. Sumur Pompa bersama Herlina Effendy (Remaco)
  33. Raport Merah bersama Herlina Effendy (Remaco)
  34. Apanya Dong bersama Euis Darliah (DD Records)
  35. Apanya Dong II bersama Euis Darliah (DD Records)
  36. Dicoba Dong bersama Euis Darliah (DD Records)
  37. Tukang Sate bersama Beno Benyamin (Remaco)

Lawak

  1. Warung Jakarte (ABC Records)
  2. Bergurau dan Bernyanyi Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
  3. Paling Enak Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
  4. Sepak Bola Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
  5. Gepeng Menantu Benyamin bersama Srimulat (Pratama Records)

Soundtrack

  1. Akhir Sebuah Impian (Musica Studios)
  2. Koboi Ngungsi (Remaco)

Kompilasi

  1. Parade 68 (Mesra Records)
  2. Tak Mau Dimadu (Remaco)
  3. Dunia Masih Lebar (Remaco)
  4. Ke Pantai Florida (Mutiara)
  5. Kompal Kampil (Remaco)
  6. Pijitin (Remaco)
  7. Artis JK Records (JK Records)
  8. In Memoriam Benyamin S (Musica Studio)
  9. Juki (Musica Studios)
                                    

K.H Muammad Muhajirin Amsah Addary


Ulama yang satu ini produktif menulis. Ia telah mengarang lebih dari 38 kitab, semuanya berbahasa Arab. Yang paling terkenal, Mishbah az-Zhulam, delapan jilid, merupakan syarah kitab Bulugul Maram.

Jika disebut trio pendekar ilmudi bekasi pada era 60-an, nama Syaikh Muhammad Muhajirin Amsah Addary adalah salah satunya. Lainnya , K.H Noer Ali dan K.H Abdurahman Sodri. Di pondok pesantren pertama di Bekasi, yang berada di daerah Bulan-Bulan, dekat alun-alun di jantung kota Bekasi, ketiga ulama itu bahu-membahu menegakkan ajaran Islam di Bekasi dan sekitarnya. Pada tahun 1963 tak jauh dari tempat pondok pesantren bahagia, Syaikh Muhammad Muhajirin Amsar Addary mendirikan pondok pesantren An-Nida Al-Islami.

Para Guru Di Jakarta

Syaikh Muhammad Muhajirin Amsah Addary lahir pada tanggal 10 november 1924, di Kampung Baru, cakung sebuah daerah di pinggiran kota Jakarta. Ayahnya seorang pedagang, H. Amsah, sedangkan ibunya Hj. Zuhriah. Syaikh Muhajirin kecil mendapat pendidikan agama dari kedua orang tuanya dan kerabatnya.

Ia belajar membaca al-quran, selesai menghatamkan al-quran , orang tuanya mengadakan tasyakuran. Dan beberapa waktu kemudian mereka mengirimkannya kepada beberapa mu’allim agar dapat mempelajari dasar-dasar ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya.
Mu’allim pertama yang ia kunjungi adalah Guru Asmat. Ia belajar kepada guru Asmat kurang lebih 6 tahun, kepadanya Syaikh Muhajirin kecil belajar berbagai disiplin ilmu, di antaranya nahwu,sharaf,fiqih,mantiq,ushul figh,ilmu kalam, dan tasawuf. Di pertengahan masa belajar dengan Guru Asmat, ia juga menyempatkan diri untuk menuntut ilmu kepada H.mukhoyar, mempelajari ilmu al-quran tajwid.

Mu’allim kedua adalah H.Ahmad. selama empat tahun ia belajar ilmu darinya diantaranya ialah nahwu, arudh ( ilmu tentang syair ), fiqih, dan hadist. Kemudian ia menuntut ilmu selama tiga tahun kepada K.H Hasbiyallah ( pendiri yayasan al- Wathoniyah,Klender Jakarta Timur ). Lalu ia belajar kepada K.H Anwar ( nahwu dan fiqih ) K.H Ahmad Mursyidi ( mantiq dan balaghah ) K.H Hasan Murtaha, cawang ( nahwu,ballaghah, muthalah hadist- ilmua tentang peristilahan hadist,ushul fiqih, adabul-bahts wal-munazharah-ilmu tentang adab diskusi). Selanjutnya Muhajirin berguru kepada syaikh Muhammad Tohir Muara. Kali itu ini cukup lama, sembilan tahun, mempelajari nahwu,fiqih, tafsir, mantiq, balaghah, tasawuf, hadist, adabul-bahts wal-munazharah, dan falak.

Ia juga belajar ilmu gerhana bulan dan matahari kepada Ahmad bin Muhammad, murid syaikh Mansyur al-falaqy. Dan gurunya yang terakhir di Jakarta adalah syayid Ali bin Abdurahman Al-Habsyi. Kepadanya ia mempelajari kitab Al-Hikam (tasawuf). Dapat dikatakan, dari para gurunya itu ia telah memiliki bekal yang cukup banyak, minimal sebagai seorang calon Kiai. Namun tidak berarti ia merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya. Justru ia semakin haus ilmu, dan itulah yang akhirnya memantapkan niatnya untuk menuntut ilmu di tanah suci.Makkah dan Madinah.

MENUNTUT ILMU DI TANAH SUCI

Tanggal 4 dzhulqaidah tahun 1366 H. bertempatan dengan bulan Agustus 1947, berangkatlah syaikh Muhajirin menuju Jeddah, Akhir bulan dzhulqaidah tibalah ia di Jeddah. Selanjutnya ia melakukan umrah ke Makkah. Selama di Makkah ia tinggal di rumah Syaikh Abdul Ghoni Jamal. Di sana ia banyak mendapatkan ilmu pengetahuan. Setelah beberapa lama ia menetap di rumah Syaikh Abdul Ghoni Jamal, ia pindah ke asrama jailani. Di sana, pertama kali ia belajar kepada Syaikh Muhammad Ahyad, yang mengajar di masjid al-haram. Kitab-kitab yang ia pelajari darinya adalah : Fath Al-Wahab,al-Iqna’fi hilli Alfazh Abi syuja, Al-Mahalli ‘Ala Al-Qalyubi, Riyadhash-Shalihin,Minhaj al-Abidin,Umdah al-Abrar, Dan Fath Al-Qadir Fi Nusu Al-Ajir. Guru-rurunya yang lain selama ia belajar di Makkah di antaranya Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, Syaikh Zaini Bawean, Syaikh Muhammad Ali bin Husain Al-Maliki, Syaikh Mukhtar Ampetan,Sayyid’Alwi bin Abbas Al-Maliki, Syaikh Ibrahim Fathani, Syaikh Muhammad Amin Al-Khutbi, Syaikh Ismail Fathani.

Dua tahun kemudian ia melanjutkan studynya dengan di Darul Ulum Ad Diniyah. Selama belajar di sana, ulama yang paling berpengaruh dengan keilmuannya adalah Syah Ahmad Mansyuri dan Syaikh Muhammmad Yasin Fathani. Kurang lebih dua tahun. Kitab-kitab yang ia pelajari antara lain : Syark Ibnu ‘Agil ‘Ala Alfiyah,Mukhtashar Ma’Ani’Ala at Talkhish ( Nahwu ) Al Mahalli ‘Ala Al-Qalyubi ( Fiqih ), Muwaththa’ Malik Sunnan abi Daud ( Hadist ) Jam’ul-Jawami’( ushul fiqih ), Tafsir Ilmu Kastsir,at-Thahbiq Baina al- Madzahib al-mudawwanah ( Kitab tentang persesuaian antara beberapa madahab )

Dahaganya tentang ilmu pengetahuan membuat Syaikh Muhajirin tetap saja rendah hati dan selalu merasa ada ilmu yang selalu mersa belum dipahaminya dengan baik dan benar.

Akhirnya di penghujung bulan Dzulqaidah tahun 1370 H, bertepan dengan 28 agustus 1951, Shaikh Muhajirin berhasil menyelesaikan pendidikannya di Darul Ulum merupakan lulusan terbaik dalam angkatannya. Tak lama berselang iapun diminta untuk mengajar di almamaternya, meskipun menyandang predikat lulus, Syaikh Muhajirin tetap belajar kepada Syaikh Muhammad Yasin bai di rumah maupunnya di sekolah tempatnya mengajar. Akhirnya, Syaikh Muhammad Yasin memberikan Ijazah kepadanya yang dinamakan Maslak al-jali fi Asanid asy-Min Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan. Syaikh Muhajirin juga mendapatkan ijazah dari guru lainnya,yakni Syaikh Muhammad Abdul Baqi, setelah selesai membaca Al-Manahil as-Silsilah fi Al-Ahadits al-Musalsalah,baik secara fi’liyah (perbuatan) maupun qauliyah (ucapan).


MELAHIRKAN ULAMA BESAR

Kamis tanggal 19 Shafar 1375 H,Bertepatan dengan 6 agustus 1955 Syaikh Muhajirin tiba di tanah air, dua tahun setelah kembali ke tanah air ia menikah dengan Hj.Hannah, salah seorang putrid K.H Abdurahman Sodri. Dari pernikahan ini ia di anugerahi delapan anak empat putra dan empat putri. Mereka inilah yang yang meneruskan perjuangan beliau dalam mengembangkan pondok pesantren An-Nida Al-Islamy. Semasa hidupnya beliau hanya mengabiskan waktunya dengan mengajar santri-santrinya di pondok pesantren Syaikh Muhajirin juga dikenal sebagai ulama yang alimdan ahli dalam berbagai bidang ilmu, khususnya ilmu falak. Menurut salah seorang santrinya beliau adalah ulama yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa bulan(baca:hilal) dalam ilmu falak dapat dilihat dengan ukuran 2 ½ derajat dengan langsung mengunakan mata kepala dan bantuan alat tradisional.

Dalam hal ini tidak sembarangan orang dapat melihat hilal pada derajat tertentu, semua itu memerlukan tahapan tahapan dalam waktu yang tidak sebentar.
Ulama yang satu ini produktif menulis. Ia telah mengarang lebih dari 38 kitab, semuanya berbahasa Arab. Yang paling terkenal, Mishbah az-Zhulam, delapan jilid, merupakan syarah kitab Bulugul Maram.

Kegigihan, ketegasan dan kesabaran beliau dalam mendidik santri, telah banyak melahirkan ulama besar,yang juga mumpuni dalam membaca kitab dan mengamalkan kitab-kitab yang beliau ajarkan.

Syaikh Muhajirin Wafat pada tanggal 28 Dzulqaidah 1424 H, bertepatan dengan tanggal 31 januari 2003

Mu’allim Wahab






Mu’allimin Wahab adalah ulama nomor  satu di tanah Betawi Kawasan Bukit Duri setelah beliau barulah yang lainnya. Ia lahir di Jakarta pada tahun 1908 dengan nama Abdul Wahab, anak pasangan Muhammad Sholeh dan Napsiah. Ibunya adalah seorang guru agama bagi hampir seluruh warga betawi di bukit duri dan sekitarnya pada saat itu, dengan sapaan akrab guru Nap. Sang ibu adalah tokoh masyarakat yang sangat disegani.Dari wanita inilah kemudian lahir banyak Ulama dan Habaib berdarah betawi di Bukit Duri Jakarta.

Mu’allim Wahab,demikianlah nama seorang tokoh yang pernah sangat akrab di dengar bagi masyarakat  di kawasan Bukit Duri di masa lalu.Secara  historis, peranan Mu’allim Wahab sangatlah sentral dalam membentuk masyarakat Bukit Duri sebagai salah satu wilayah dari sedikit wilayah di Jakarta ini yang memiliki asatidz dan keterkaitan keluarga dengan Guru Nap.
Salah satunya adalah keluarga Habib Abdurahman Bin Ahmad bin Abdul qodir Assegaf, termasuk di dalamnya. Karena Habib Abdurahman menikah dengan H.Barkah, yang tak lain adalah cucu dari Guru Nap. Sehingga seluruh putra Habib Abdurahman,yang saat ini juga menjadi ulama,pun tak lain keluarga besar Guru nap, ibunda dari Mu’allimin Wahab.

Setelah dididik dalam lingkungan  keluarga yang penuh nuansa keilmuan, terutama dari tangan dingin sang ibu, ia melanjutkan pelajarannya kepada guru Marzuki inilah dirinya semakin terbentuk sehingga menjadi ulama besar pada beberapa dekade silam.

Teladan Kesabaran

Hampir semua masalahnya yang ada dihadapinya dengan penuh kesabaran ,kesabarannya tidak mengenal waktu dan tempat. Kepada murid-muridnya ,maupun di tengah keluarganya . Walhasil ,dalam kondisi apapun ia dapat tetap tampil sebagai seorang yang disegani ,karena kesabarannya yang luar biasa tinggi.


Suatu ketika sepeda yang iya gunakan di pengadilan agama hilang di curi orang. Sedikitpun tak keluar dari lisannya kata-kata keluhan apalagi celaan untuk orang yang mengambil sepedanya.di tengah perjalanan pulang seseorang yang sering melihat ia menaiki sepeda bertanya. Dengan ringan dia menjawab” Ada yang pinjam”

Pada saat yang lain sudah dua bulan beras jatah bulanan dari kantornya tidak ia ambi. Setelah lewat dua bulan , salah seorang karyawan lainya mengatakan,”Mu’allim berasnya kok gak diambil-ambil,saya bawa kerumah,ya.?
Mu’allim menerima jasa baik yang ditawarkan. Rupanya,entah salah paham atau memang maksudnya tidak baik,beras tersebut ternyata di bawa kerumahnya si karyawan itu.

Setelah beberapa hari istri Mu’allim mulai gusar dan emosinya meninggi,bahkan sampai marah-marah.”belajar bisa marah ma orang,jatah beras dua bulan di ambil diem aje!!!” Mu’allim tetap tenang dan tidak melayani kemarahan sang istri,bahkan ia menjawan”berarti itu bukan rizki kita,insya allah nanti ada gantinya.”


 Tak berapa lama murid terdekatnya datang.H.Yunus mendengar ada sedikit kegaduhan di rumah itu, si murid memberaikan diri untuk bertanyagerangan apa yang terjadi. Istri Mu’allim menjawab”Ni…guru lu,beras jatah dua bulan di ambil,didiemin aje.”
Spontan sang murid berinisiatif menjawab,”O..beras yang itu ada di rumah saya .nanti saya ambilin”
Bergegas H.Yunus berangkat ke pasar dan membeli dua karung beras,dan langsung diantarnya ke rumah Mu’allim.

Di keluarganya, Mu’allim juga mendidik anak-anaknya dengan penuh kesabaran.salah seorang putranya ,Ustadz Muhammad yang saat ini meneruskan jejak dakwahnya mengatakan,”orang tua saya tidak pernah ada marahnya sama sekali kepada anak-anaknya,bertolak belakang dengan ibu yang amat tegas.Ujar anaknya.

Di samping sabar, ia juga sosok orang tua yang sangat perhatian dengan keluarga besarnya. Sering kali ia membeli makan dalam jumlah yang agak banyak untuk kemudian di bagikan kepada kerabatnya yang tinggal di Bukit Duri.meski sudah menjadi sosok yang sangat dihormati ketika itu, namun ia tidak segan-segan untuk menghampiri rumah kerabatnya satu persatu.begitu pula bila menjelang lebaran,hampir semua kerabatnya mendapat hadiah darinya berupa sarung,baju atau bingkisan lainya. Padahal ia sendiri bukan orang yang berlebih,melainkan orang yang hidup dengan penuh kesederhanaan.


Saat tekanan penjajah Belanda sedang keras-kerasnya di wilayah Bukit Duri dan sekitarnya,seluruh ulama yang berdiam di sana sempat angkat kaki dari wilayah itu, dan pindah ke kampung lain. Tapi  tak demikian halnya dengan Mu’allim Wahab ia tetap bersabar menetap dirumahnya,meskipun sempat ada suara-suara miring tentang dirinya karena pilihannya yang tetap untuk tidak pindah. Rupanya hal itu dikarenakan perhatiannya yang sangat mendalam terhadap masyarakatnya yang masih tetap tinggal di sana. Katanya pada waktu itu,” kalau saya ikut pindah juga, lalu kalau di sini ada yang berzina karena tidak ada yang menikahkan atau tidak ada yang mengajarkan akhlaq kepada mereka, bagaimana?

Isyarat menjelang wafat

Sebagai seorang ulama, Mu’allim Wahab sangat dikenal kealimannya. Lantaran keahliannya, tidaklah aneh bila pada waktu itu hampir seluruh acara keagamaan dan kemasyarakatan di wilayah Bukit Duri diselesaikan lewat keputusannya. Karena kealimannya itulah ia dipercaya untuk memangku jabata ketua pengadilan agama Jakarta selatan,bahkan kemudian untuk lingkup Jakarta. Pada masa itu, posisi strategis ketua pengadilan agama tidak diduduki oleh pejabat karier seperti saat ini, tapi dipercaya kepada seorang ulama yang memang diakui kedalaman ilmunya. Sebelum Mu’allim Wahab yang menjabat posisi itu adalah K.H Abdul Hamid. Saat ia bertemu Mu’allim Wahab yang kemudian ia dengar akan masuk dijajaran pengurus pengadilan agama pada waktu itu,spontan ia mengatakan mulai minggu besok Mu’allim Wahab yang akan memimpin pengadilan agama ini.

Di mata para ulama di masanya, ia juga memiliki kedudukan yang istimewa. Guru Mansur Jembatan Lima, seorang ulama besar tempo dulu di Jakarta misalnya, pernah mewasiatkan, bia ia telah wafat, hendaknya orang-orang yang biasa mengaji padanya melanjutkan pelajaran kepada Mu’allim Wahab.

Murid-muridnya tersebar di banyak tempat. Di Bukit Duri sendiri ia sempat mendirikan kumpulan dengan nama  Jam’iyyah Syubbanul Muslimin. Ia juga sempat menulis beberapa kitab diantaranya

Yang masih tersimpan hingga kini adalah sebuah kitabnya dalam bahasa arab pada masalah ilmu arudh ( bagian dari ilmu syair ). Al-awzan Al-Asjadiyah.

Di antara muridnya yang menjadi ulama besar adalah Mu’allim Yunus dan K.H Abdullah Syafi’i . Bahkan K.H Abdullah Syafi’i pernah mengatakan bahwa gurunya Mu’allim Wahab adalah gurunya yang pertama kali, yang telah banyak membentuk dirinya, sebelum ia mengenal dan berguru kepada guru lainnya.

Selain alim, sebagimana para ulama jaman dahulu , ia juga memiliki ke istimewaan dalam hal spiritual . H yunus murid terdekatnya pernah bertanya kepadanya bagaimana gambaran tentang Lailatul Qodar. Saat ditanya hal itu Mu’allim Wahab sempat seperti tak dapat berkata, lantaran sulit menggambarkan keagungan malam itu. Selang beberapa saat ia menjawab dan bercerita,pada suatu malam di bulan ramadhan, sepulangnya ia dari masjid di tengah malam , sesampainya ia di rumah ia kaget menyaksikan ke agungan malam itu, ternyata rumahnya menjadi terang benderang. Dan ia segera mengambil air wudhu menuju sumur dekat rumahnya, kemudian ia kembali dikagetkan karena sumur yang biasanya di timba untuk mengambil airnya, di malam itu menjadi luber dan melimpah ruah. Hingga untuk  mengambilnya ia cukup mencidukan gayung dengan tangannya. Rupanya malam itu ia memperoleh anugerah Lailatul Qodar.

Kamis sore dibulan Dzulqad’dah 1390 H/januari 1971, menjelang wafatnya Mu’allim Wahab yang sedang sakit keras, mengatakan kepada keluarganya bahwa ia ingin bertemu dengan Habib abdurahman Assegaf, atau yang biasa disapa Al-walid… sebelum keluarganya menyampaikan pesan itu, rupanya hubungan bathin di antara keduanya telah membawa langkah kaki Al-walid untuk segera menemuinya, seakan Al-Walid telah mendengar pesan Mu’allim Wahab.

Sesampainya di kamar Mu’allim Wahab, keduanya berbicang-bincang empat mata. Kemudian tak lama Al- Walid keluar dari kamar dan mengatakan kepada keluarganya agar segera mempersiapkan segala sesuatunya, karena waktunya sudah tidak lama lagi.

Jum’at dini harinya, sekitar pukul tiga malam. Ia mengatakan kepada H. Yunus agar menyampaikan pesan kepada muridnya K.H Abdullah Syafi’i, supaya bersedia menjadi imam dala sholad  jenazah bagi dirinya. Untuk menyampaikan amanah itu,H.Yunus agak ragu, karena sudah ramai berita yang mengatakan K.H  Abdullah Syafi’i akan segera pergi menunaikan ibadah haji. Maka tanpa menunda-nunda H.Yunus segera mendatangi rumah K.H Abdullah Syafi’i dan menyampaikan pesan  Mu’allim Wahab.


K.H Adbullah Syafi’i menerima pesan itu sebagai isyarat bahwa wafatnya Mu’allim Wahab memang sudah dekat sangat dekat, oleh karenanya iapun tak ragu menunda keberangkatannya. Dengan tegas K.H Abdullah Syafi’i menjawab “ ya, insya allah bisa”

Kabar tentang akan wafatnya Mu’allim Wahab sudah menyebar kemana-mana sehingga jum’at pagi itu rumahnya dipenuhi orang banyak. Hampir semua Ulama besar di Jakarta berkumpul di rumah   Mu’allim Wahab, mendampinginya dengan mengaji dan membacakan surah yasin dan yang lainnya saat itu, Al-Walid tidak tampak di tengah-tengah mereka dan Mu’allim Wahab pun sudah tidak dapat berkata apa-apa.

Ketika waktunya hampir dekat Al-walid tiba-tiba datang dan memberikan aba-aba untuk seluruh yang hadir agar bersama-sama membacakan tahlil dengan dipimpin oleh Al-walid sendiri. Anehnya Mu’allim Wahab, yang sedari tadi tidak dapat berkata apa-apa , seketika ikut bertahlil bersama dengan suara yang cukup jelas terdengar. Tidak lama, setelah kalimat tahlil di baca berulang-ulang secara bersama-sama sekitar lima menit, Mu’allim Wahab pun menghembuskan nafasnya yang terakhir

Jum’at sekitar pukul sembilan pagi Mu’allim Wahab wafat, dan kemudian dishaladkan oleh K.H Abdullah Syafi’i, sebagaimana pesanya. Jenazah yang mulia di makamkan di sekitar Masjid Al-Makmur, yang dulu berdiri atas perkenannya, saat ikhtilaf ( perselisihan antara ulama) karena letaknya terlalu dekat dengan Masjid Ath-Thahiriyah.

Kealiman dan Kesabarannya telah menuntun Mu’allim Wahab menutup kehidupannya di alam fana ini, dengan mengucapkan kalimat tauhid. La Ilaha Illallah………